WELCOME TO MY BLOG

Amelia Harmelianti Wiradisastra Djayasoebrata

Minggu, 20 Desember 2009

HANTU BUKU ITU AKU

Perpustakaan kampus tampak sepi siang itu. Hanya satu dua orang yang terlihat berjalan pelan-pelan sambil matanya memperhatikan deretan buku-buku di rak. Buku-buku itu berbau dan baunya khas sekali. Seperti apa baunya memang sulit dijelaskan, tapi bau yang aku kenal dan bau yang paling aku suka. Bau buku hmmmmmmm Aku menghirup udara dalam-dalam bagaikan semua bau itu ingin ku masukkan seluruhnya ke dalam rongga hidungku sampai ke paru-paru.
Setelah puas menghirup bau buku aku pun melangkah menuju ruang berikutnya. Namaku Savia Anindyta mahasiswa perguruan tinggi suryasumantri jurusan psikologi angkatan 2007. Universitasku adalah universitas ternama di kota Bandung namun kampus ini lebih mengutamakan materi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke universitas ini. Ku akui mungkin karena ayahku pemilik perusahaan CELLOFHA, perusahaan profider ternama di Indonesia yang membuat ku dapat masuk ke universitas ini. Orang-orang pun selalu menyindirku karena masalah itu tapi yang ku rasa aku dapat masuk universitas ini karena kemampuanku sendiri tapi sudahlah itu sudah menjadi cerita lalu. Sangat lalu karena sudah terjadi satu tahun yang lalu.
Langkahku ringan, sangat ringan sampai kaki-kaki ini tak sempat menempel pada lantai. Diujung ruangan aku berbelok menuju ruang membaca. Ini adalah tempet favoritku yang kedua. Walau bau buku sudah tak terasa lagi tapi tempat ini menjadi favorit karena aku akan selalu melihat Ricky mahasiswa kedokteran yang selalu menyempatkan diri untuk membaca diwaktu senggangnya. Aku pun bertemu mbak Yuni sang perpustakawan dan menyapanya.
“Selamat siang ibu cantik, masih berkutat dengan buku-buku?”candaku sambil tersenyum kecil padanya.
“Ah kamu Via masih saja menggodai saya. Coba kamu lihat siswa dipojok sana.”Ucap mbak Via sambil menunjuk kearah Ricky.
“Ada apa dengan Ricky?”
“Dia adalah mahasiswa yang selalu saya lihat setiap hari. Kalau saja pihak kampus mengadakan kompetisi siapa yang paling rajin dating ke perpustakaan atau siapa yang paling suka membaca di kampus ini, pasti Ricky menjadi juara keduanya.”
“loh kok juara dua?dia kan yang paling cocok dengan kompetisi itu dan sudah sepantasnya menjadi juara satu. Lantas siapa juara satunya?”
“Kamu.”jawab mbak Yuni singkat.
Wah aku merasa tersipu malu mendengar bahwa akulah yang pantas menjadi juara satu. Tak ku ingkari semuanya karena aku sama halnya dengan Ricky, mahasiswa yang paling rajin membaca buku di perpustakaan pada waktu luang. Kembali ke masalah Ricky. Kebiasaan Ricky dalam memilih buku juga menjadi hal yang menarik untuk aku perhatikan. Biarpun dia kuliah di jurusan kedokteran, tapi setiap hari Ricky memilih buku dengan topik yang berbeda-beda.

“Sistem Rudal dan Pertahanan Negara. Bacaan yang berat di siang hari ini.” Kataku usil saat berada didepannya.
“Hahaha…”Tawa Ricky langsung pecah.”Hanya untuk jaga-jaga siapa tahu sewaktu-waktu diperlukan.”Lanjutnya.
“Jaga-jaga buat kapan-kapan. Memangnya ada yang mau berperang?”
“Ya memangnya hanya untuk perang saja kan mungkin saja untuk stand by menjaga orang yang kita sayang.”
“Pakai rudal?wah apa tidak berlebihan itu?”
“kedengarannya sih berlebihan tapi menurutmu bagaimana?”
“loh kok tanya aku kan kita sedang membahas tentang kamu.”
“oke oke sekarang kita bahas gantian saja tentang kamu dan tentang aku. Misalnya kamu sedang membaca buku apa atau kita bisa berdiskusi tentang sesuatu.”

Itulah sifat Ricky yang paling aku suka. Tapi sayang aku hanya dapat mengatakan semuanya didalam hatiku sendiri.
“ini buku yang ku baca.”Sambil menyodorkan buku yang sedang ku pegang pada Ricky.
“Pesona Presiden SBY. Wah nampaknya bacaan yang berat juga. Kenapa kau membacanya apa karena ingin menjadi presiden juga.”
“Wah mustahil Ricky jika aku dapat terpilih menjadi presiden.”
“Iya karena rakyatmu akan protes karena kebijakan yang kau buat untuk datang setiap hari ke perpustakaan.”Canda Ricky.
“Ah kamu bisa saja bilang begitu, tapi….”
“Ricky…..”Terdengar suara mbak Yuni yang memotong kalimatku.
“Cepat kemari ada buku misterius lagi.”
“Buku misterius?”tanyaku penasaran.
“Iya buku misterius yang dijilid sederhana, tanpa nama pengarang dan tanpa keterangan apa-apa. Biasanya sang mahasiswa menemukannya di rak buku tanpa sengaja, membawanya ke meja administrasi dan meminjamnya untuk dibaca sehingga membuat mbak Yuni kebingungan karena buku itu tak pernah terdaftar sebelumnya.”jelas Ricky
“Ricky….”Suara itu kembali terdengar. Sangat jelas karena mbak Yuni sudah dekat dihadapan kami.
“Dipanggil dari tadi tak menyaut-nyaut. Ini buku misterius keempat yang ditemukan lagi.”
“Aku pinjam ya mbak.”Ucap Ricky semangat.
“Boleh saja kok. Tapi mbak masih penasaran dengan penulis buku ini. Kenapa dia selalu menutupi identitasnya padahal bukunya selalu bagus untuk dibaca.”
“Iya mbak padahal kalau dia mau membawanya ke penerbit pasti dia sudah kaya raya.”UJar Ricky sambil cekikikan.
“Mungkin saja penulisnya hantu.”Ujar mbak Yuni.mengagetkan.
“Hantu?”kali ini aku dan Ricky hamper berbarengan berujar.
“Iya hantu karena selama ini buku itu selalu misterius kan.”

Hantu?mungkinkah penulis buku itu hantu?yang terlintas dibenakku adalah jikalau ia benar hantu pastilah dia hantu yang pintar, baik dan cantik. Kulitnya putih pualam, rambutnya halus dan harum, tataannya gemintang menyejukkan dan saat tersenyum dia tampak suci tak berdosa. Jadi ingin tertawa aku membayangkannya.

Kembali ke dua puluh satu tahun yang lalu. Saat itu terdengar suara tangis bayi yang selalu didamba-dambakan kehadirannya dan selalu mendapat pujian karena kecantikannya. Ya itulah aku saat dilahirkan. Cerita ini selalu aku dengar sejak kecil hingga sebesar ini tapi untuk menghargai ibuku, aku selalu setia mendengarnya.

Suatu malam tepatnya empat tahun yang lalu aku selalu merasakan rasa sakit yang luar biasa dibagian kaki kiriku. Aku selalu berharap ini hanya sakit biasa tapi makin lama rasanya semakin sakit dan selalu menyerang ditengah malam. Lama kelamaan rasa sakit itu merambat hingga punggung sehingga membuatku sulit berjalan bahkan terlihat bungkuk seperti nenek-nenek yang sudah tua. Setiap hari aku selalu menangis dan berdoa berharap tidak ada penyakit yang membahayakan diriku hingga suatu hari dokter mematahkan harapanku.
“Kamu terserang penyakit aneh dan penyakit ini menyerang tulangmu hingga kau akan terlihat rapuh seperti ini.”Itulah ucapan yang selalu terngiang ditelingaku setiap kali rasa sakit itu datang.

Aku hanya dapat merenungi semuanya. Apa yang salah pada diriku? Dosa apa yang telah aku perbuat?mengapa semua ini harus terjadi?aku terus bertanya-tanya pada diriku sendiri hingga terlintas dibenakku jika aku mati nanti apakah aku sudah membuat yang terbaik untuk orang lain?

Hari operasi pun tiba. Segala rasa dihati terasa jadi satu. Sedih, cemas, takut, senang deg-degan semua terasa tak berarti lagi karena ini penentuan hidupku. Sungguh aku tak sanggup melihat ibuku menangis. Mungkin dalam hatinya dia berkata ya tuhan aku ikhlaskah semuanya hanya kepadamu namun mengapa harus anak yang ku lahirkan yang menerima segala cobaan ini.

Kebahagiaan pun dating setelah operasi. Aku dinyatakan sembuh total dan saking girangnya aku berjanji dalam hati tak akan menyiakan hidupku untuk kesempatan kedua ini.
“Apa rencanamu kedepan via?”Tanya ibu memecah lamunanku.
“Mungkin suatu hari nanti aku ingin menulis buku. Mungkin tentang pengalaman hidupku, tentang bagaimana aku melewati masa-masa sakit itu. Atau tentang apa saja.”

Aku pun terbangun dari lamunan empat tahun yang lalu tersebut dan teringat perkataan mbak Yuni tadi siang tentang hantu buku dan ternyata hantu buku itu aku. Aku menulis semua buku misterius itu karena janjiku saat aku sembuh dari penyakit itu. Aku hanya bisa tertawa sendiri melihatnya. Ternyata semua hal tak terduga oleh mereka bisa bisa terjadi. Selama ini orang yang mereka cari adalah aku. Pandanganku tertuju pada buku misterius kelima yang selesai aku jilid kertas karton putih. Pikirku mungkin sebaiknya malam ini juga untuk aku simpan diperpustakaan.

“Wah kurasa perpustakaan pasti dikunci mungkin kalau jendelenya tidak.”Ucapku berbisik saat berada didepan pintu perpustakaan tepat pukul sebelas malam.
Tapi kenyataannya tidak. Pintu itu tidak terkunci dan tanpa piker panjang aku langsung masuk dan segera melihat-lihat tempat yang tepat untuk menyimpan buku ini.
“Nah ini dia tempat yang tepat untuk buku yang kelima.”Ucapku sambil menaruh buku tersebut pada rak ketiga dari arah pintu masuk.
“Savia…”
Terdengar suara laki-laki memanggilku. Rasanya dadaku sesat dan kakiku tak mampu untuk ku gerakkan. Aku tak sanggup untuk menoleh kebelakang karena semua rahasia ku selama ini terbongkar hanya dalam satu detik. Ya satu detik yang sangat tak pernah terduga terjadi dalam hidupku.
“Rrricckkyyy…..”jawabku sambil terbata-bata.
“Jadi selama ini hantu yang membuat buku misterius itu kamu. Pantas saja tadi siang ketika mbak Yuni menemukan buku itu kamu terlihat biasa saja seperti sudah mengetahui semuanya.”
“Iya hantu buku itu aku tapi ku mohon biar ini menjadi rahasia kita berdua saja.”Ucapku memelas.
“Baiklah kalau itu yang lebih baik bagimu. Ayo kita pulang ku rasa sudang tengah malam.”
Aku tersenyum lebar dan kali ini sangat lebar. Ricky mulai memasukkan kunci yang dipinjamnya dari mbak Yuni untuk menutup pintu utama perpuatakaan dan aku berdiri dibelakangnya. Dibalik pintu itu pasti ada bagian baru lagi dari kisah hidupku. Bagian baru dimana sebuah mimpiku akan jadi kenyataan lagi. Bagian baru yang ingin aku jalani tanpa harus menunggu lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar